• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Minggu, 10 April 2011

    Bidadari kecil

    Bulan menguraikan sinarnya
    Merambat dari sela helai dedaunan
    Tersenyumlah bidadari kecil
    Angin mengayunkan dua sayap lusuhnya
    Perlahan dan terbanglah dia
    Tawa kecil yang menderu langit malam
    Sanggup bulan nyalakan redup hatinya
    Meski waktu yang menjalankan
    Namun tak sanggup melumpuhkan
    Risau bunga semerbak mewangi
    Terayun-ayun manja meluluhkan jiwa
    Selaput bening selimuti iris matanya
    Terjatuh air suci tanda ketulusan
    Lantahkan kesepian tepiskan kegalauan
    Berbahagialah karna butir kelegaan itu
    Pertanda ia telah bahagia
    Pemberi kekuatan abadi dan kemenangan
    Kerisauan yang dulu terpatri
    Kini telah merebah entah kemana
    Karna bulan bercahaya, dan tawanya memberi makna

    11.03.2011

    Mata

    Mata terselimuti selaput bening
    Yang terkadang melihatku
    Dan dia tersenyum dari matanya
    Hanya sesaat dan bermakna
    Menembus jauh dan kutemuinya
    Disudut jauh manik matanya
    Kenangan yang akan aku ratui
    Milikinya tenang hatiku
    Lirih matanya menatapku
    Sesaat keraguan dan kuyakinkan
    Kuberi seulas senyum dibibir
    Kusamarkan dari mataku
    Biasan cahaya diselaput beningnya
    Berwarna dan ingin kusentuh dasarnya
    Indah sekali memeluk jiwaku
    Mata yang selalu kurindukan
    Dalam gelap, dalam embusan
    Cahaya bulan dan kerlipan bintang
    Matamu penggantinya
    Beri cinta dalam keheningan hatiku
    Kurindukan mata itu
    Mata nakal yang tertawa padaku
    Mata sayup yang dia tunjukan 
    Bahwa dia telah terbebani
    Mata angkuh yang tunjukan kecewa padaku
    Kalut hatiku melihatnya
    Maaf untuk semua, aku tak bisa melupakannya
    Terimakasih untuk cerita dalam selaput bening dibalik matamu

    31.12.2010

    Masa lalu

    Masa lalu itu, angin yang berhembus
    Tidak bisa kembali dan berlalu begitu saja
    Mungkin meninggalkan kebahagiaan
    Seringkali merasa kehilangan
    Ada sudut dimana ada kepingan yang tercecer
    Entah itu hilang atau disembunyikan
    Entah itu jauh atau malah dekat
    Siluet waktu terpekurm duduk bersila memandang angin
    Dan ketika hembusan cahaya tergapai
    Mulai terhampar kenyataan
    Bahwa meminta angin kembali
    Adalah perlakuan sia-sia dan tak berarti
    Bebatuan lapuk terkikis angin
    Matahari meredup terhalang kabut
    Bulan bersembunyi tertutup langit malam
    Bintang menjauh karna langit bergeming
    Jika waktu adalah mesin yang bisa dihentikan
    Bukankah tak ada harapan
    Untuk berharap matahari terik esok pagi
    Bulan menerawang  dibalik angin malam
    bintang menyeruak diantara dinginya malam
    Mungkin mustahil kutemukan angin yang sama
    Tapi sayangnya dibelakang, angin berhenbus
    Dengan rasa dan kepingan yang baru
    Yang kan tertata dengan iringan lagu sendu

    17.12.2010

    Antara Bulan dan Bintang

     Bulan dengan sinar yang lebih terang. Dengan kepastiannya yang akan selalu terlihat tanpa melalui alat bantu. dengan keberadaanya yang jauh lebih dekat. Dengan sisi misterius yang selalu membuatnya terlihat selalu indah.

    Sementara bintang dengan penampilan tidak lebih dari sekedar titik biasa dan sederhana. Dengan sinar timbul tenggelam. Dengan keberadaan yang terkadang serasa ridak terjangkau. Dengan sisi yang polos tanpa pantulan cahaya.

    Tapi, pernahkah sedikit berpikir hanya karna bulan lebih tepat dihadapan, adakalanya kita menyadari masih ada bintang diluar sana yang mungkin jauh lebih bersinar tanpa harus memantulkan cahaya. Hanya saja bintang itu berada pada tempat berbeda dan pada waktu yang berbeda.


    Senin, 04 April 2011

    Kukatakan jangan

    saat gemuruh hentakan kaki menyudutkan ku dalam bayanganmu
    yang ku tau jarak bukanlah lagi penghalang
    saat redupan tatapan matamu ucap sayu dan isyaratkan ketulusan
    yang kutau kau dekatkan hatimu padaku
    saat seulas tarikan bibir yang bermakna senyuman hangat
    yang kutau inginnya hatimu berbagi kasih bahagia denganku

    lirih ku bertanya pada angin yang berhembus
    tanpa jawaban, sekilas kau sempat berlalu
    tapi angin kembali dan ucap sayup dalam kecemasan
    menunggu arti siluet angin yang berhembus didepan lewat ragamu
    berhenti sejenak kudengar Dewa menggenggam tanganmu
    percayalah pada naluri mu, karakanlah walau berarti kecewa
    ada saat dimana pijakanmu menembus tak terbatas
    membawamu dalam kepastian menanti dan berharap

    melangkahlah disamipingku saat aku menangis tersedu
    rasa rindu yang terbelenggu dalam takut merayap dihati
    ikutilah tiap derap langkahku dibelakang ku
    aku bahagia aku juga inginkan kau bahagia
    melihat langkahku ringan menarik dan mengajakmu tertawa

    dahuluilah pijakan kakiku didepanku dan berlarilah
    jurang itu telah runtuh dan aku berteriak
    aku marah! aku kecewa! aku terluka.. aku tak bisa terima..
    jangan menoleh kembali padaku...
    jangan melihatku terpuruk karnamu...
    jangan melihatku menangis karna mencintaimu...
    jangan melihatku terluka karna ingkarmu padaku...
    jangan sampai kau sesali dan ungkap maaf padaku
    karna bila itu terjadi, aku tak kan pernah melepasmu
    takkan kubiarkan kau bebas
    karna egoisme luka menjadi tamengku, untuk mempertahankanmu..

    19-10-2010