Desember
yang penuh hujan, langit yang begitu mendung, hitam, dan suara rintik hujan
yang saling bersautan membentuk melodi dengan intonasi yang semakin tinggi dan
sungguh terapi yang menentramkan jiwa.
Sebelum
hujan turun, ketika hujan turun, dan setelah hujan turun pasti ada cerita.
Cerita dengan skenario yang berbeda-beda. Kebahagiaan, keceriaan, senyum yang
melebar karna hujan. Atau bahkan terikan, jeritan, barang-barang yang saling
berhantaman dan pecah, atau bahkan tangisan yang menyayat hati.
Hujan
menyimpan sejuta rahasia. Hujan adalah kawan bagi mereka yang kesepian. Hujan
meredam rasa rindu. Dan hujan meleburkan air mata. Hujan membungkam mulut yang
lelah berkata dan merenungkan jiwa. Hujan membuat kita merasa dekat sangaaat
dekat.. dengan dia yang dirindukan. Hujan begitu bermakna, bermakna karena
berjuta atau bermilyaran memori didalamnya. Kenangan suka duka, tawa tangis,
canda luka, dan semua itu tersimpan rapi diantara iringan percikan hujan.
Seringkali,
kupercayakan senyumku, tawaku, tangisku, air mataku, rinduku, dan cintaku pada
hujan. Hatiku terasa tak kesepian ketika rintik hujan mulai turun, rasanya
malaikat-malaikat pun turun dari langit, duduk disisiku disampingku..
menemaniku menatap indahnya hujan dengan desiran angin yang begitu sejuk
memanjakan relungku ini. Ketika bahagia udara terasa segar dan nyaman diparu-paruku,
tapi terkadang udara yang kuhirup terasa sesak didada, begitu sulit dan sakit.
Namun,
hujan menjadi temanku berbagi cerita dan keluh kesah dalam hatiku. Mungkin
kuanggap hujan adalah psikolog pribadiku. Psikolog yang siap mendengarkan saja,
tanpa komentar yang berarti dan tanpa kritikan yang menyakitkan hati.
Entahlah,
dimataku ketika aku bahagia pun langit tetap terlihat indah meskipun mendung.
Suaranya pun seperti ritmik yang siap mengajakku menari dan melantunkan
senandung. Tapi dimataku juga langit mendung terlihat sangat mendung hitam dan
mencekam ketika dalam hatiku berkecamuk amarah, benci, dendam, atau luka.. Suaranyapun
terdengar menyakitkan dan memekikan telinga beserta iringan petir yang
menggelegar.
Pernah
dulu sesekali karena merindukan hujan, begitu rintik dan bressss hujan turun
deras. Aku berlari ketengah, memutar badanku seorang diri, menghadapkan wajahku
tepat dihadapan langit mendung, memejamkan mata, menghirup hawanya kuat-kuat,
dan tersenyum.. Mungkin itulah salah satu caraku menikmati hujan..
Taukah?
Bagiku hujan adalah anugerah. Bagiku hujan adalah sahabatku, sahabat untuk
berbagi kebahagiaan..
Terimakasih
Hujan.. salam hangat untuk hujan. Sampai kapanpun kau selalu kurindukan..