• Home
  • Posts RSS
  • Comments RSS
  • Edit
  • Senin, 23 Mei 2011

    Gadis Kecil

      Gadis berumur delapan tahun itu telah merasakan hatinya berdenyut tidak menentu. Kata artis di tivi itu jatuh cinta, kata temannya itu rasa cinta, kata Ayah Ibunya itu biasa. Dia berfikir kenapa bisa? Kenapa dengan cowok itu? Kenapa dengan dia, kenapa?

      Ketika Ia menyadari bahwa itu salah satu perasaan yang sangat menyenangkan. Dia bisa tersenyum sendiri. Dia bisa malu jika bertemu mata dengannya. Dia bisa tersipu saat berpapasan dengannya. Dia bisa salah tingkah bila diajak bicara olehnya. Dia bisa salah bicara saat dia menanyakan sesuatu.

      Lambat laun dia menemukan sosok cowok lain yang notabene lebiiiih keren. Wow! Dia kereeen sekali. Baim Wong? OH no! Bukan. Teman sekelas yang lain. Kenapa cowok itu bisa mempesona sekali saat berjalan, padahal tidak ada bau wewangian disekitarnya. Kenapa Cowok itu begitu indah terlihat oleh kedua mata gadis kecil itu. Kenapa senyumnya yang polos itu terasa menghangatkan kalbu. Kenapa tawanya itu seperti biskuit yang menggoda, menggema disetiap mimpi. Kenapa semakin cowok itu iseng, semakin gadis kecil itu menyukainya? Semakin dia berbuat konyol, justru hati gadis itu yang bergenderang meluap-luap seakan magma siap meledak. 

      Tidak cukup satu? dua? tiga? ada banyak gadis kecil yang menyukai gelak tawanya, yang mendamba senyum dan sapanya. Tapi mereka menikmati kebersamaan. Tidak peduli siapa saja yang menyukainya. Semakin banyka gadis kecil yang menyukai baginya itu semakin menyenangkan. Karna apa? Ini bukan cinta. Mereka rela membagi, karna menyukai seseorang bersama itu menyengkan. Seperti bermain boneka bersama. Gadis kecil itu memiliki kawan bermain. 
      
      Kedewasaan mengajarkannya. Bahwa hati tak boleh terbagi. Bahwa kesetian adalah utama dan wajib adanya. Kemerdekaan atas kepemilikan diperjuangkan. Kebodohan tak diijinkan merajalela. Berhak atas perasaan dan keseimbangan. Dua menjadi satu, bersama. 

      Suatu saat gadis kecil itu bertanya "Yah, kapan aku boleh punya pacar? Terus kapan boleh diapel?" tanyanya dengan mata yang sepertinya berbinar dan polos.
    Ayahnya terdiam dan menatapnya bingung. Anakkukah ini?
    "Em kalau udah 17tahun kan, Yah? Oke Ayah dan Ibu janji ya. Kalau sudah 17tahun aku boleh pacaran. Oke?" dan gadis itu berlalu begitu saja dengan senyum mengembang dan langkah ringan. Yes 9tahun lagi. Tunggu aku yaaaa.. Teriak hatinya yang berbunga.
      Dan apa kalian tahu? Aku sendiri tertawa meningatnya. Karna gadis kecil itu adalah aku. :p

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar